Awal Pengadian di Pulau Sumba, dalam Progam SMPGP
Ini sebenarnya
adalah postingan pertama saya di web baru saya, kenapa pilih awal pengabdian di
Sumba? Karena ketika tulisan dibuat, saya masih berada di Sumba untuk sebuah
pengabdian sebagai sorang guru dalam progam SMPGP (Sarjana Mengajar Pemenuhan
Guru Produktif ) SMK. Sebenarnya artikel berjudul ini sudah pernah saya
ceritakan di blog UNY saya, namun tak ada salahnya kan menceritakan kembali
pengalaman seru ini, sebagaimana kita terkadang menceritakan suatu hal secara
berulang-ulang. Nah baiklah itu sebagai pengantar saja. Mari kita mulai cerita
seru pengabdian di Sumba ini.
Apa
sih progam SMPGP itu?
Mungkin
banyak yang belum tahu tentang nama progam ini, tidak se-terkenal progam SM3T
memang, dan progam SMPGP ini mirip dengan progam SM3T. SMPGP adalah Sarjana
Mengajar Pemenuhan Guru Produktif. Progam ini dahulu namanya adalah talent
scouting. Baiklah supaya tidak panjang pembahasan tentang progam ini yang
justru akan melenceng dari judul, sebaiknya sobat baca saja artikel tentang apa itu progam SMPGP?.
Lalu
untuk memulai cerita pengalaman awal pengabdian saya di Sumba ini, saya mulai
dari pemberangkatan aja yaa.. Sekitar tanggal 23 Juli 2015 (sehabis lebaran
‘Iedul Fitri) saya berangkat dari rumah bersama orangtua dan keluarga ke
Yogyakarta. Kemudian perjalanan di lanjutkan dengan naik travel menuju bandara
Juanda Surabaya. Dan tepatnya tanggal 25 Juli adalah hari bersejarah karena
hari itu adalah hari pertama saya merasakan naik pesawat terbang, haha..
begitulah orang kampug macam saya ini naik pesawat, suatu hal yang tak terduga.
Dari Surabaya jam 3 pagi lalu pesawat berangkat sekitar pukul 6 pagi. Beberapa
menit kemudian sampailah di Bandara Ngurah Rai Bali untuk transit dan 20 menit
kemudian berangkat lagi ke Pulau Sumba.
Sumba;
Bumi Sandelwood Para Penunggang Kuda
Sesampainya
di atas Pulau Sumba, terlihat pemandangan yang sangat indah, hamparan padang
savana berwarna coklat (karena bulan Juli adalah musim panas). Campur aduk
perasaan saat itu, tentang bagaimana orang-orang di Sumba apakah ramah, lalu
bagaimana dengan gaya hidupnya, budayanya, dan sebagainya. Sesampainya di Sumba
kami bertiga dijemput oleh Kepala Sekolah SMK N 2 Waingapu, lalu menuju dinas
pendidikan untuk sebuah acara seremonial penyambutan. Selesai acara lalu kami
diantar pak kepala sekolah ke kos yang akan kami tempati.
Ada
hal yang menarik ketika awal saya datang di Sumba, waktu itu terlihat rombongan
orang naik truk dan banyak sekali sambil menyuarakan lidahnya “ululululululu”
yang disebut sebagai kakalak, ada beberapa ekor kuda yang diangkut juga di
truk, setelah mendapat penjelasan dari kepala sekolah ternyata itu adalah acara
penguburan (adat) di Sumba. Nah di hari kedua di Sumba kami bertiga juga
mencoba melihat sekolah yang akan kami tempati untuk pengabdian ini. Tanya
orang tentang alamatnya, katanya dekat sekitar 500 meter, dan eeeh ternyata 2
kilo lebih, kami tempuh dengan jalan kaki. 2 kilometer jaraknya yang artinya
kami harus jalan kaki sejauh 4 kilo setiap hari nantinya, karena memang tidak
ada fasilitas sepeda motor.
Sepanjang
hari sebelum sekolah dimulai kami habiskan untuk mengenal lingkungan sekitar,
agar tidak shock budaya, sebagaimana ketika kami mengikuti training sebelum
diterjunkan di Sumba ini. Tipsnya adalah kenalilah lingkungan dan berkenalan
dengan tetangga-tetangga sekitar, lalu kenali dan dekati tokoh-tokoh penting di
sekitar semisal pak kyai, pak lurah, dan sebagainya. Oh ya dan ternyata di
Sumba ini ada raja-raja layaknya raja di Yogyakarta. Di Sumba ada raja kecil dan
ada juga raja besar, raja ataupun golongan bangsawan memiliki budak seperti
pada jaman dulu. Ini juga menarik, nanti akan saya bahas pada artikel khusus
saja.
Nah
jadi itu tadi tipsnya, berkenalan dengan tokoh masyarakat agar kita dikenal
sebagai pendatang baru, lalu jika ada masalah paling tidak ada yang membantu. 2
hari sejak hari sabtu hingga minggu kami habiskan untuk itu sambil melihat alam
sekitar, dan luar biasa. Tidak seramai di Jawa, alam di Sumba masih alami,
banyak kuda-kuda atau kambing berkeliaran bebas. Terlebih ketika kami melewati
padang yang miliik seorang raja yang ternyata adalah pak kepala sekolah yang
mengantar kami, ternyata beliau adalah raja juga dan kaum bangsawan yang
dikenal. Syukurlah dan saya kos ditempat kos-kosan beliau sehingga paling tidak
ada ‘protec’ dari seorang raja.
Bumi
Sumba dikenal dengan sebutan Bumi Sandelwood, ditempat yang saya tempati ini
adalah Kabupaten Sumba Timur, memiliki logo kuda karena memang disini terkenal
dengan kudanaya, hampir tiap tahun ada lomba pacuan kuda. Itu juga yang akan
saya ceritakan nanti, jadi simak terus yaa artikel-artikel di muryosetyo.com
ini. Semoga menginspirasi dan berbagi pengalaman. Kita
sambung lagi di artikel lainnya. assalamu’alaykum..
Posting Komentar untuk "Awal Pengadian di Pulau Sumba, dalam Progam SMPGP"