Beranikah Netizen Menyumbang Uang Untuk Sekolah ‘Rusak’?
Beberapa
hari yang lalu dihebohkan di media sosial maupun televisi tentang kasus
penutupan paksa warung makan yang buka pada bulan puasa, kemudian beberapa
media memblow-up hingga kasus itu ramai dan seolah-olah pedagang makanan
tersebut menderita, bahkan hingga ada yang memberi sumbangan uang kepada
pedagang tersebut. Namun bukan berita
itu yang akan menjadi tema artikel ini, karena yang akan kita bahas bukan
tentang pedangan makanan yang buka pada bulan Ramadhan, tetapi sekolah reot
yang luput dari kita.
Dalam
progam sarjana mengajar pemenuhan guru produktif SMK yang saya ikuti, saya
ditempatkan di sebuah SMK Negeri di Kota Waingapu Sumba Timur. Kondisi sekolah
disini memang masih lebih baik dibandingkan sekolah-sekolah lain yang berada di
pelosok Sumba. Namun bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada di Jawa
pada umumnya, sekolah yang saya tempati masih kurang karena sarana prasarana
yang ada pun belum lengkap, lalu kondisi gedung sekolah yang kurang ‘layak’
walaupun ada gedung-gedung baru bantuan pemerintah.
Saya
hanya ingin sedikit menyindir kepada mereka yang begitu mudahnya
menggelontorkan dana untuk sebuah kasus si pedangan makanan yang dirazia,
karena setelah diselidiki pedangan tersebut ternyata memiliki cabang untuk
warung makannya dan rumahnya pun tergolong mewah dibandingkan rumah admin.
Seperti pada gambar di bawah ini.
Jika
seorang pedagang makanan yang ‘terdzolimi’ sehari itu saja berhasil membuat
netizen dan banyak kalangan mengumpulkan uang jutaan, maka apakah hal yang sama
akan terjadi jika sekolah ini saya blow-up melalui web saya ini? saya rasa
mustahil (dalam pandangan saya). Karena kasus seperti ini jarang sekali
disinggung bahkan di blow-up media-media televisi dan lainnya. Padalah jika
kita bandingkan, sekolah tentu lebih mempunyai manfaat yang lebih besar
dibandingkan warung makan.
Dan
ini hanyalah salah satu contoh sekolah yang kebetulan saya lihat dengan mata
kepala sendiri dan setiap hari saya datangi karena 1 tahun saya mengajar di
sekolah ini. Sementara itu di luar sana masih banyak sekali puluhan bahkan
mungkin ratusan atau ribuan sekolah yang kondisinya lebih mengenaskan. Apakah
seperti ini kondisi bangsa kita? hal-hal yang kecil seperti warung makan
diperhatikan betul lantaran buka di bulan ramadhan hingga mendapatkan donasi
jutaan rupiah, sementara sekolah-sekolah untuk generasi penerus bangsa ini
rusak parah dan tidak layak disebut sekolah justru dibiarkan. Akhir kata,
kembali ke pertanyaan awal, beranikah netizen menyumbang uang untuk sekolah
‘rusak’?
Posting Komentar untuk "Beranikah Netizen Menyumbang Uang Untuk Sekolah ‘Rusak’?"