Makna Bilangan dan Kepercayaan Marapu Dibalik Kain Sumba
Di balik
kain tenun Sumba ternyata terdapat banyak makna, mulai dari makna suku, strata sosial, dan sistem perkawinan di Sumba, kemudian di dalam kain Sumba
juga menggambarkan prinsip kerajaan yang ada di Sumba. Dan kali ini
admin akan tuliskan artikel yang masih berkaitan makna di balik kain Sumba,
yaitu makna bilangan dan kepercayaan Marapu di Sumba yang tergambar dalam kain
tenun Sumba. Pengaturan komposisi dengan menggunakan angka-angka atau bilangan
ternyata memiliki makna, dan bagi masyarakat Sumba ada angka-angka yang paling
disukai seperti angka 2, 4, 8 dan 16. Ke empat bilangan tersebut memiliki makna
yang penting dalam mengatur tatanan kehidupan sosial di masyarakat Sumba. Bilangan
4 (empat) mempunyai arti penting pada pengaturan kehiduap bersosial, bilangan 8
(delapan) dianggap sempurna yang memiliki arti tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan upacara keagamaan, bilangan 16 (enam belas) memiliki arti
pada sesuatu yang sangat istimewa yang berkaitan dengan keagamaan, alam gain,
maupun raja.
Masyarakat
Sumba Timur yang memiliki kepercayaan Marapu meyakini bahwa semua aturan
kehidupan yang menetapkan adalah delapan marapu (arwah nenek moyang yang mereka
dewakan) dan di puja pada delapan rumah pemujan dan tersebar di beberapa daerah
di Sumba Timur. Konsep masyarakat tersebut tentang alam semesta menunjukkan
hubungan bilangan 16 yakni delapan kali dua. Menurut kepercayaan mereka, langit
atau alam di atas terdiri dari delapan tingkat yang dinamakan Awangu
walu-ndani, dan bumi serta laut atau alam bawah terdiri dari delapan lapis juga
yang dinamakan Tana walu ndawa, sedangkan tanah yang dipijak manusia atau alam
tengah adalah pusat yang dinamakan Ina tanangu – Ama lukungu.
Bilangan
yang ada pada kain tenun Sumba adalah terletak pada pola yang berpasangan,
yaitu pada kedua panil yang merupakan bayangan di dalam cermin, dan pada empat
sudut yang membentuk bidang di setiap helai kainnya. Bilangan delapan
berhubungan dengan jalur-jalur dan bidang setiap pola. Dalam setengah kain
tenun Sumba ada empat bagian yang dihiasi ragam hias yaitu bagian tengah (padua),
bagian atas (talaba dita), bagian badan (tau), dan bagian bawah (talaba wawa). Jika
ada lebih dari empat jalur, mereka akan tetap menganggap bahwa di dalam setengah
kain ada empat jalur saja, sedangkan bagian lainnya dianggap sebagai bagian
padua maupun talaba dita. Ragam hias yang digambar pada bagian badan adalah
ragam hias utama yang menggambarkan inti atau nama kain tersebut. bagian atas
dan bagian bawahawa adalah jalur pengapit bagian badan. Sedangkan bagian tengah
adalah bagian yang penting karena memiliki desain atau pola yang ada hubunganya
dengan status sosial tertentu atau sesuatu yang dianggap sakral.
Masyarakat
Sumba mengatur perkampungan berdasarkan bilangan-bilangan yang disusun secara
bertingkat. Agar mendapatkan status desa atau paraingu, maka pendudukan dalam
sebuah paraingu tersebut paling sedikit harus terdiri dari dua kabihu utama
(marga) dalam satu wilayah tersebut, dan biasanya dalam satu paraingu ada empat
siku yang membentuk paraingi atau desa tersebut. Setiap sikunya dihuni satu
kabihu atau satu marga. Di mana keempat kabihu tersebut adalah yang bertanggung
jawab pada wilayahnya masing-masing. Dan pada setiap pertemuan resmi atau
musyawara adat, nama-nama dari keempat kabihu tersebut diucapkan serangkai,
misalnya; Palai Malamba-Watu Pelitu-Lamuru-Lukuwalu. Sedangkan agar mendapatkan
status perkampungan (paraingu bokulu) harus terdiri dari delapan (bilangan 2 x
4) kabihu atau enam belas (bilangan 2 x 8) kabihu.
Masyarakat
Sumba Timur membagi kelompok kekerabatannya menjadi empat kelompok, yaitu
biliku, uma, ukuruma, dan kabihu. Dan dalam pergaulan antar individu juga ada
pembeda kedudukan atau derajat yang terdiri dari empat lapis, yaitu ratu,
maramba, kabihu, ata.
Dalam perkawinan,
jumlah harga yang diberi pihak laki-laki juga dihubungkan dengan bilangan yang
diinginkan dan berdasarkan status sosial dari kedua belah pihak, misal mas
kawin yang berbentuk perhiasan maka biasanya terdiri dari empat mamuli emas,
dua kanataru (lakululungu) serta dua lulu amahu (yang jika ditotal jumlah
seluruhnya ada delapan buah), serta yang berbentuk ternak terdiri dari empat
kuda (dua jantan dan dua betina). Untuk perkawinan di kalangan bangsawan jumlah
tersebut ditambah dua kali lipatnya, empat kali lipatnya, bahkan delapan kali
lipatnya.
Posting Komentar untuk "Makna Bilangan dan Kepercayaan Marapu Dibalik Kain Sumba"